Gue paham kalau mungkin judul entri ini bakal sedikit sensitif dan berbahaya bagi beberapa orang. But for disclaimer, this is just my personal opinion that I want to share. Ini hanya curahan pribadi gue yang nggak bermaksud menilai beberapa pihak. Tapi untuk peringatan aja, yang abis baca entri ini sampai beres dan habis itu merasa gondok, simpan aja sendiri di hati ya nggak usah ditulis-tulis di kolom komen. I don't need your judgement.
Sekarang ini gue harusnya ngerjain kerjaan gue sendirian di ruang TV, but my sister decided to sit with me while watching some Korean variety show yang ngeganggu konstentrasi gue. Jadinya gue malah buka blog dan nulis ini aja sebagai entri pertama gue. Before we go to the topic, mungkin kalian bakal tanya kenapa gue (baru) bikin blog. Simple, I was bored. Gue selalu punya banyak topik pembahasan aneh-aneh di kepala dan gue butuh tempat untuk ngeluarin unek-unek gue itu. Ya sudah, gue bikin blog pribadi aja. Disclaimer lagi, blog ini dibikin cuma buat keisengan, tempat melepas pikiran dan kebosanan, bukan untuk tujuan profesional.
Kembali ke topik entri ini. FUJOSHI. Apa itu fujoshi? Fujoshi adalah istilah slang-nya bahasa Jepang untuk menyebut cewek-cewek yang suka baca dan/atau nonton percintaan sesama pria. Jadi kalau berdasarkan judul di atas, apakah gue sudah menyebut diri gue sebagai seorang fujoshi? Jawabannya: YA, gue seorang fujoshi... atau mantan fujoshi. Well, I'm not very sure. Gue akan sedikit cerita pengalaman gue sebagai fujoshi (bisa dibilang ini namanya pengakuan dosa ya). Untuk ortu gue, kalau kalian nggak sengaja baca ini, yep ini cerita kelakuan anak perempuan kalian waktu ABG dulu.
Seingat gue, gue mulai terjerumus dunia per-yaoi-an saat kelas 1 SMA. Apa itu yaoi? Silahkan buka Google Images, pasti langsung ngerti. Waktu itu gue adalah salah satu member aktif di forum fandom TVXQ Indonesia (dulu untuk berkumpul sesama fans boyband Korea masih pakai forum, nggak kayak sekarang ada Twitter dan Facebook). Di forum itu punya ratusan bahkan sampai ribuan fanfiction. Semuanya tertata rapi sesuai dengan genre, rating umur pembaca, dan pembedaan yang jelas yaitu fanfic bertema hetero dan homoseksual. Awalnya gue baca yang hetero (pemerannya Jaejoong sama penulisnyalah, Yunho sama original character-lah, Yoochun sama artis lain lah, pokoknya cowok x cewek). Setelah mulai bosan, gue main-main ke thread yaoi, waktu itu belum tahu yaoi itu apa dan nggak nanggung-nanggung fanfic yaoi pertama yang gue baca langsung rating NC-21. Pemerannya Junsu dan Yoochun, dan gue nggak mau nyeritain gimana isi ceritanya tapi gue saat itu juga langsung melengok ngeri dan kaget, like WHAT THE F**K DID I JUST READ?! Tapi... tapi... kok nagih ya bacanya? Bukan karena NC-nya lho, tapi gara-gara kedekatan anggota TVXQ di kehidupan nyata yang bikin meleleh para fujoshi (Cassiopeias, you know who am I talking about, right?). Akhirnya gue sejak itu mulai baca fanfic yaoi TVXQ banyak banget di forum itu.
Sejak itu gue mulai merambah dunia yaoi anime dan manga yang justru malah tambah bikin dosa karena tervisual secara langsung. Tapi mau gimana, cowoknya ganteng-ganteng, seme dan uke-nya juga jantan dan manis, ceritanya romantis bikin berdebar-debar. I don't know how to describe the feelings, but fellow fujoshis absolutely know this. Gara-gara itu gue mulai beli novel gay Indonesia. Yes,I have some in my bookshelf, dan mulai nulis fanfic yaoi gue sendiri. Entah apa yang gue pikirkan saat itu, udah bikin dosa nulis cerita homo terus bagi-bagi dosa lagi biar dibaca sama pembaca blog fanfic gue. Tapi efek yang paling parah gara-gara ke-fujoshi-an gue itu, tiap kali gue lihat cowok lagi berduaan gue suka kesengsem sendiri. Sampai-sampai waktu kelas 2 SMA, gue suka ngeledekin dua teman cowok di kelas yang kalau kalian lihat sendiri emang cocok jadi seme-uke kayak di anime-anime. Yang ngerasa itu dirinya, maafkan saya yang dulu ya.
But.... I don't know why karena apa, pas mulai masuk kuliah gue tiba-tiba berhenti nulis dan nonton yaoi (baca masih). Gue fokus nulis pasangan hetero yang waktu itu lagi hits banget di blog gue dan banyak dapat respon positif. Jadi gue mulai lupa sama yaoi-yaoi-an, tapi kadang-kadang masih baca. Waktu masa-masa kuliah paling banyak baca fanfic yaoi-nya EXO. But I stopped waktu tingkat tiga, nggak nulis, baca, dan nonton yaoi. Gue bilang gue udah tobat! Udah, jangan kasih gue homo-homoan lagi, gue mau tobat. Tapi tetap aja ada teman yang usil ngasih dan reaksi gue tetep aja masih gemes-gemes walau nggak separah dulu. Feeling-nya udah mulai mengendur dan udah biasa aja lihat yaoi, malah kadang suka mengerutkan kening karena geli.
Jadi sekarang gue udah mantan fujoshi? Maybe yes, maybe not. Walau gue udah berhenti total nonton, baca, apalagi nulis yaoi, tapi kalau lihat film yang ada bromance-nya kadang gemes juga. Misalnya kayak Peter Parker dan Harry Osborn di The Amazing Spider-Man 2, tiap gue nonton film itu gue ngerasa bromance mereka dapet banget dan mulai deh imajinasi liar gue. Sorry, mbak Gwen Stacy.
Tapi apakah seorang fujoshi yang terbiasa lihat homo-homoan, terbiasa juga melihat homo yang real? I don't know. Gue belum pernah kroscek. Tapi gue mau berbagi pendapat gue sebagai seorang (mantan) fujoshi tetang maraknya LGBT sekarang ini. Kalau ada yang nanya gue apakah gue homophobic (orang yang anti banget dengan homoseksual), gue jawab; "Nggak, gue nggak homophobic." Kalau ada yang nanya lagi apa gue ngedukung LGBT, gue jawab; "Nggak, gue nggak ngedukung karena gue menganut paham bahwa setiap makhluk hidup diciptakan berpasangan-pasangan sesuai gender-nya. Hewan yang nggak punya akal aja tahu dia harus kawin sama lawan jenisnya." Itu pemahaman gue. Jadi maksudnya apa kalau gue bukan homophobic tapi nggak ngedukung LGBT?
Jadi.... gue nggak anti sama orang-orang gay, lesbian, ataupun bi. Gue nggak pernah memandang rendah mereka atau menganggap mereka seperti penyakit atau apapun. Nope, gue nggak pernah sekali pun punya pikiran seperti karena gue punya beberapa teman yang homoseksual dan mereka berperilaku normal seperti kita yang heteroseksual. So, gue nggak ada masalah sama sekali soal itu. Itu pilihan hidup mereka. Kenapa mereka bisa jadi kayak gitu, apa karena trauma dengan lawan jenis atau bawaan lahir, itu bukan urusan gue. Itu urusan mereka pribadi dan kebahagiaan mereka pribadi. Tapi gue yang sedikit open minded nggak akan ngucilin orang-orang seperti mereka. Mungkin kalau salah satu teman terdekat gue coming out, reaksi gue cuma kaget sebentar habis itu; (kalau dia cewek) "Oke... tapi kita temenan biasa, jangan bawa-bawa gue soal percintaan lo. Gue tembokin nih.", (kalau dia cowok) "Trus... trus... lo udah ngapain aja? *mata berbinar-binar". Dasar fujoshi kampret, ceunah mau tobat?!
Dan soal apakah gue ngedukung pernikahan sesama jenis, seperti yang gue tulis di atas: NO dengan alasan di atas juga gue mikir; "What's the point?". Ini mungkin bakal menyakiti pihak para homoseksual, karena gue ngerti mereka ingin diakui secara resmi bersama orang yang mereka cinta and love is beuatiful baik itu kalian cinta ke lawan jenis maupun ke sesama jenis. Tapi itu, "What's the point?". Terus nanti kalau udah nikah, yang jadi suaminya siapa? Yang jadi istrinya yang mana? Kalian kan nggak bisa punya anak. Ngomong-ngomong soal para homo dan anak, gue pernah baca tulisan di medsos yang bilang; "Biarkan kami para gay mengadopsi anak-anak yang sudah kalian para hetero terlantarkan!" Baca itu gue langsung sadar, iya ya, banyak anak-anak yang lahir karena kecelakaan. Sebenarnya baik juga ya anak-anak bisa mereka adopsi. Tapi tetap aja setelah baca dan sadar dengan lingkungan yang seperti itu, nggak ngubah pendirian gue soal pernikahan sesama jenis ini. Pertanyaan gue cuma satu: "What's the point?"
Oh, I'm getting sleepy. Langsung ke simpulan aja, jadi intinya pandangan gue terhadap para LGBT tidak ada sangkut pautnya dengan per-fujoshi-an gue. Gue respek ke mereka karena kita sama-sama manusia bukan karena gue demen lihat homo-homoan. Anyway, gue lupa nulis di atas, gue cuma demen lihat yaoi. Gue sama sekali nggak suka lihat yuri (silahkan searching sendiri), mungkin karena gue sama-sama cewek. Balik ke situ, meski gue anti-yuri, tapi gue memberikan respek ke cewek-cewek lesbian di dunia nyata sebagai sesama manusia. Tapi bukan berarti karena gue respek dengan pilihan hidup mereka lalu gue menyetujui pernikahan sesama jenis. Ada perasaan taboo di dalam pikiran gue kalau gue ngelihat pasangan gay/lesbian lamaran dan menikah. Di mata gue, itu tetap aneh dan tetap salah, baik secara moral dan agama.
Damn, berat banget tema entri pertama ini. Entri-entri selanjutnya yang ringan-ringan ajalah... Bye!
Oke. Ini mungkin kedengeran aneh. Gue (sadly) masih fujo. Dan gue bener2 sepemikiran sama lo.
BalasHapusGue nggak homophobic tapi gue nggak mendukung gerakan LGBT apapun. Gue masih baca BL tapi gue nggak mendukung pernikahan sesama jenis. Gue baca BL tapi gue nggak nonton anime BL. Gue bahkan geli liat pasangan gay irl. Gue paling males sih sebenernya liat orang2 LGBT ini kalau udah teriak2 semacam minta pengakuan. Padahal kalo ada yg coming out di depan gue, gue bakal semacam, "Oh. Oke. Chill, we're still friends don't worry." Tapi kalo lo udah maksa2 orang di luar lingkungan lo buat mengakui ke-gay-an lo...
Hell
Just...
Belum cukupkah kalian dapet pengakuan dari orang2 yang mendukung kalian? Nggak banyak, memang. Tapi kalian harap seluruh dunia harus mengerti kalian? Kok egois gini?
Gitulah kira2.
Jadi intinya gue mau bilang kalo gue sama banget kayak lo wkwkw
Hi5?